Cemoro Sewu: Hangatnya Secangkir Kopi Dimalam Purnama

Lagi!!! Jiwa ini dipaksa tuk mengais-ais kenangan klasik.
Malam baru saja datang ditemani terangnya sinar purnama. Diujung timur nampak jelas kilauan cahaya lampu di lereng Gunung Lawu. Riuh bising di Pakelonan pun seperti biasa, musik koplo yang diputar si Budi menggelora disetiap sudut Pakelonan. Kesibukan sebagai mahasiswa sudah tak terlihat namun sedikit direpotkan dengan urusan berkas-berkas syarat untuk wisuda. Yaaa, tak terasa tiga tahun sudah kami saling berbagi kisah disini, dari kisah suka hingga cerita duka.


Malam terus berjalan dan mulailah ajakan untuk makan malam berdatangan. Ada yang menarik ketika kami beranjak makan malam, yap selalu ribut dan bingung sendiri menentukan tempat makannya, hahaha. Pada akhirnya siapa yang naik motor paling depan ya dialah yang jadi penentu dimana akan makan.

Selesai dari makan dan kembali lagi ke Pakelonan ada rasa bosan dan sedikit suntuk. Diantaranya kami ngobrol santai diteras depan muncullah mas awan, dan seketika itu juga langsung mengajak ngopi di Cemoro Sewu. Kami langsung mengiyakan ajakan itu ---hahaha, biasane sih ger wacana---
Waktu menunjukkan sekitar pukul sembilan malam dan saat itu juga kami berangkat menuju Cemoro Sewu. Aku dan nicky, kemudian aziz dengan apif , mas awan dengan budi, dan fariza dengan arif, itulah formasi menuju Cemoro Sewu. Hawa dingin mulai menusuk ketika memasuki area Karangpandan.
Perjalanan yang dibutuhkan sampai di Cemoro Sewu kurang lebih satu setengah jam dari Pakelonan. Dinginnya hawa puncak semakin membuat kami bersemangat untuk segera sampai di Cemoro Sewu. Begitu dinginnya udara hingga membuat jemari ini sedikit kaku dan mati rasa untuk sekejap saja, hahaha. Menembus kabut tipis sepanjang jalanan dari Tawangmangu menuju Cemoro Sewu dan akhirnya sampai juga kami di Cemoro Sewu dan langsung menuju salah satu warung disana. Kembali disini teringat akan perjalananku menuju puncak Hargo Dumillah bersama jejaka Infras.
Hal pertama yang dilakukan adalah memesan kopi, aku sendiri memesan kopi tanpa gula karena kopi itu jauh akan nikmat ketika kita mampu merasakan pahitnya, dan anggota Pakelonan pun tahu akan kebiasaanku ini jadi ketika aku membuat kopi mereka tak akan minta karena tahu pasti tanpa gula. Tapi terkadang ada juga yang terkecoh, hahaha ---contohnya yaa si apif :v ---
Sembari menunggu kopi dan juga gorengan siap, obrolan-obrolan ringan kami sempatkan. Canda tawa menjadi warung ini paling ramai meski pembelinya hanya kami, hahaha. Tak butuh waktu lama kopi dan gorengnya pun sudah siap tersaji dimeja. Kopi di puncak memang ada kenikmatan tersendiri. Obrolan-obrolan santai terucap sepanjang malam, gelak tawa yang khas begitu jelas. Malam semakin larut dan udara juga semakin dingin hingga menusuk tulang. Kami berkumpul disekitar bara api untuk menghangatkan sembari menunggu jagung bakarnya siap. Ada pula yang berjalan-jalan disekitar pintu masuk pendakian via Cemoro Sewu. Lama kami menikmati suasana hangat berkumpul ditengah dinginnya malam dan diakhir status kami sebagai mahasiswa.

*aku sendiri sejenak terdiam, bertanya-tanya kepada secangkir kopi dimalam purnama ini. "apakah bisa terulang lagi suasana seperti ini, sedang jarak sudah begitu jelas akan memisahkan kita???". Hal yang akan sulit bagi kami untuk merasakan suasana ini lagi*

Lamunanku buyar ketika tawa yang khas itu bergema. Yaa, bahkan hingga sekarang aku masih merindukan suara-suara itu, rindu akan suasana itu namun nampak begitu rumit.
Malam terus berjalan dan tak terasa sudah berganti hari. Kami pun memutuskan untuk menyudahi ngopi asik ini. Sekitar setengah satu kami bergegas pulang. Disepanjang perjalanan hanya ada kabut dan gelap malam yang diterangi cahaya lampu motor. Sekitar pukul dua pagi kami sudah sampai lagi di Pakelonan, dan baru kali ini kami merasakan lantai menjadi hangat, hahaha. ---mungkin karena tubuh kami terlalu dingin---
Dan pada akhirnya lelah menghantarkan kami tertidur dengan lelap.


Mungkin ini bisa dibilang menjadi keluyuran dadakan terakhir dengan formasi (hampir) lengkap.
Entah, kapan lagi kita bisa mengulang semua suasana itu lagi.
Bahkan ajakan "ayo, mangan"-pun, aku merindukannya!!!.
Yaa, paling tidak kita masih bisa menjaga komunikasi diantara kita meski jarak terbentang begitu jauh.
Sampai jumpa lagi hai, teman seperjuangan

Post a Comment

0 Comments